Konversi
pakan digunakan sebagai tolak ukur efisiensi produksi, semakin rendah nilai
konversi berarti efisiensi penggunaan pakan semakin tinggi ( Siregar,
2008). Konversi pakan merupakan
pembagian antara konsumsi ransum dengan berat badan yang dicapai. Dalam
konversi ransum, sebaiknya dipilih angka konversi terendah. Siregar (2008)
menambahkan bahwa tinggi rendanya konversi menggambarkam keefisienan ransum,
dimana semakin rendah konversi ransum berarti keefisienan ransum semakin
tinggi. Ditambahkan Wahju (1992) bahwa terdapat faktor
yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka konversi pakan diantaranya yaitu
kualitas pakan, galur dan tata laksana pemberian pakan
Konversi pakan merupakan jumlah
pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 Kg bobot badan. Menurut Carvalho (2009)
nilai konversi pakan merupakan gambaran dari jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
meningkatkan 1 Kg bobot badan, dengan perbandingan antara konsumsi pakan (BK)
dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi nilai
konversi pakan yaitu macam imbangan pakan yang digunakan, bangsa ternak dan
manajemen kandang. Hal ini sesuai dengan Rasyaf. (2003) faktor yang
mempengaruhi konversi pakan yaitu kondisi ternak, bangsa, jenis kelamin,
kualitas dan kuantitaf pakan, dan faktor lingkungan. Adapun tabel standar konversi
pakan pada ayam pedaging dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Standar Konversi
Pakan Pada Ayam Pedaging
Umur (Minggu)
|
PBB(gr)/Minggu
|
Konsumsi(gr)/Minggu
|
Konversi
|
5
|
0,24
|
0,50
|
2,06
|
6
|
0,28
|
0,63
|
2,21
|
7
|
0,27
|
0,67
|
2,43
|
Sumber : Rasyaf 2003