Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Ubi Kayu
Dan Ampas Tahu Terfermentasi Terhadap Konversi Dan Income Over Feed Cost Pada Ayam Pedaging
Budiarto
Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan
Malang
ABSTRACT
The
Effect Of Fermented Leather Cassava And Tofu Dregs Of
The Feed Conversion And Income Over Feed Cost In Broilers
The
purpose of this study was to determine the effect fermented leather cassava and tofu dregs on feed conversion
and income over feed cost in broilers. The material used in this study were
broilers as many as 100 chicken, the methods used in this study is the
experimental method by using a completely randomized design with 5 treatments
and 4 replications that P0 (comfeed broiler II 100%); P1 (comfeed broiler II
95% + 5% KAT); P2 (comfeed broiler II 90% + 10% KAT) P3 (comfeed broiler II 85%
+ 15% KAT); P4 (comfeed broiler II 80% +20% KAT). The results showed that the
lowest feed conversion in P1 of 1.52/chicken; followed P3 of 1.67 / chicken; P4
of 1.68 / chicken; P2 by 1.72/ chicken and P0 reached 1.74 /chicken, by
analysis of variance, giving fermented very real effect on broiler feed
conversion (P<0,01). From the results of LSD test showed different notations
on the level of treatment that gives a very real impact on feed conversion.
While the IOFC highest in P1 Rp. 7539.44 /chicken followed; P4 Rp. 6590.48/chicken;
P3 Rp. 6561.15/ chicken; P2 Rp. 5546.00/ chicken of P0 Rp. 4600/ chicken; by
analysis of variance, giving fermented very real effect on broiler IOFC broiler (P<0,01). From the results of LSD test
showed different notations on the level of treatment that gives a very real
impact on IOFC. From the results of this study concluded that the addition of fermented leather cassava and tofu dregs can press on feed
conversion and increase income over feed cost in broilers with the addition of
a maximum 5%.
Keywords: Broiler, Leather Cassava, Tofu Dregs,
Feed Conversion And IOFC
PENDAHULUAN
Kebutuhan pakan ternak di Indonesia terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan akan produk pangan asal hewan, tetapi hal ini tidak
diimbangi oleh pertambahan produksi bahan pakan yang signifikan. Menurut laporan Gabungan Pengusaha
Makanan Ternak (GPMT), industri
pakan ternak nasional
rata-rata memasok 5 juta ton pakan dari kebutuhan 7 juta ton per tahun,
sehingga terdapat kesenjangan (defisit) sekitar 2 juta ton. Dari total produksi
pakan ternak, 90% diserap oleh peternakan ayam pedaging dan petelur (Datacon,
2008), disebabkan permintaan konsumen terhadap produk pangan asal hewan (PPAH)
unggas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan PPAH ternak lain (Tangendjaja,
2007). Fenomena ini dapat memberi dorongan positif bagi pengembangan potensi
ternak ayam baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan konsekuensi harus diikuti pula penyediaan bahan pakan ternak dalam
jumlah dan kualitas yang memadai.
Teknologi fermentasi harus diterapkan untuk mengatasi kelemahan limbah
tersebut yang bernilai nutrisi rendah. Selain meningkatkan nutrisi limbah,
teknologi fermentasi juga dapat mengubah bahan pakan yang sulit dicerna menjadi
mudah dicerna, menghasilkan aroma dan rasa yang khas, serta dapat menghilangkan
racun dari bahan limbah. Produk fermentasi mengandung probiotik yang bermanfaat
menjaga keseimbangan komposisimikroba dalam sistem pencernaan unggas dan
menekan mokroorganisme patogen sehingga meningkatkan daya cerna bahan pakan
menjaga kesehatan serta meningkatkan kekebalan
tubuh. Penelitian terdahulu oleh Nurhayati (2003), menunjukan bahwa
kandunga abu, PK, Ca, dan P mengalami peningkatan setelah dilakukan fermentasi,
sebaliknya kandungan LK, pati, gula, dan ME mengalami penurunan.
Salah satu bahan yang dapat digunankan adalah kulit ubi kayu (Manihot esculanta craintz) dan ampas
tahu yang merupakan limbah pertanian/industri yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak ayam. Kulit ubi kayu dan ampas tahu merupakan limbah industri
pertanian yang mudah diperoleh, selain itu bahan limbah tersebut tergolong
murah. Hal yang tidak kalah penting dalam pemilihan bahan limbah pertanian ini
ialah kandungan nutrisinya, limbah kulit ubi kayu mempunyai kandungan energi
tercerna (total digestible energy)
dan serat kasar yang tinggi (Busairi, 2009; Iheukwumere, Ndubuisi, Mazi and
Onyekwere, 2007), sedangkan limbah ampas tahu merupakan bahan pakan sumber protein.
Kelemahan kulit umbi kayu yaitu memiliki
kandungan protein rendah serta zat anti nutrisi asam sianida/racun (HCN), dan ampas
tahu mengandung bahan kering
rendah atau banyak mengandung air sehingga tidak tahan
simpan cepat membusuk (Chauynarong, Elangovan and Iji, 2009).Dengan
demikian diperlukan metode untuk
meningkatkan kualitas kulit ubi kayu dan ampas tahu yakni melalui pemanfaatan teknologi fermentasi(Khempaka, Thongkratok, Okrathok and Molee,
2014). Apabila ampas tahu kering dicampur dengan tepung kulit ubi kayu
dibantu dengan aktifitas mikroba fermentasi diharapkan akan menghasilkan produk
baru yang bernilai gizi tinggi sebagai pakan ternak.
Berdasarkan
uraian di atas penelitian ini diarahkan untuk memanfaatkan produk fermentasi
yang berasal dari kombinasi limbah kulit ubi kayu dan ampas tahu untuk
mengetahui perubahan ataupun peningkatan efesiensi penggunaan pakan dan
meminimalisir pengeluaran pakan dengan menggunakan dua parameter yaitu konversi
pakan dan income over feed cost.
1.
Perumusan
Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian limbah kulit ubi kayu dan ampas tahu
terfermentasi terhadap konversi pakan dan
income over feed cost pada ayam
pedaging.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah kulit
ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi terhadap konversi pakan dan income over feed cost pada ayam pedaging.
3. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai media
pembelajaran dan informasi ilmiah kepada peternak, pemerintah, akademisi maupun pelaku industri
peternakan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah kulit ubi kayu dan ampas
tahu terfermentasi terhadap konversi pakan dan income over feed cost pada
ayam pedaging.
4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga kombinasi limbah kulit ubi
kayu dan ampas tahu terfermentasi dapat menekan konversi pada pakan dan
meningkatkan income over feed cost
pada ayam peda ayam pedaging.
MATERI DAN METODE
Waktu Penelitian
Pelaksanaan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Ubi Kayu dan Ampas
Tahu Terfermentasi Terhadap Konversi
Pakan dan Income Over Feed Cost Pada
Ayam Pedaging”, dilaksanakan pada tanggal 23 Juni sampai dengan 23 Juli 2015,
yang dimulai dari tahap observasi lapang, persiapan bahan materi dan media,
persiapan sampel, dan pengambilan data hasil.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan
Malang.
Materi Penelitian
Materi yang dipergunakan dalam
penelitian ini meliputi kulit ubi kayu, ampas tahu, ternak, kandang, peralatan dan pakan.
Ternak
Ternak yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 100 ekor ayam broiler strain MB-202P yang di produksi
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Ayam di pelihara dari DOC dengan sistem litter dan diberi perlakuan mulai pada
umur 2 minggu.
Kandang
Kandang
ayam yang dipakai adalah kandang liter. Litter yang digunakan adalah sekam padi
pada saat perlakuan dan pengambilan data dilakukan pemetakan dengan ukuran
perpetak 60 x 70 cm dengan ketinggian 50
cm. Kandang dibagi berdasarkan jumlah perlakuan sebanyak 5 perlakuan dan
4 ulangan, masing-masing berisi 5 ekor ayam.
Peralatan
Peralatan
yang digunakan selama penelitian ini adalah :
1. Untuk
pembuatan produk fermentasi
- Kresek besar
-Tali rafia
-Timbangan
-Peralatan lain
: Kompor, ember plastik, pengaduk, panci, dll.
2. Untuk
pemeliharaan ayam
- Wadah pakan
kapasitas 1 Kg sebanyak 20 buah
- Wadah minum
kapasitas 1000 ml sebanyak 20 buah
- Lampu pijar 40
watt sebanyak 20 buah
- Timbangan digital
- Peralatan lain
: alat kebersihan, koran tirai penutup, dll.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan pabrikan yaitu Comfeed broiler II dengan kandungan nutrisi Protein kasar 21%
min, lemak kasar 4% min, serat kasar 4,5 mak, kalsium 0,9-1,1%, phospor
0,7-0,9%. kemudian ditambah dengan persentase fermentasi kulit ubi kayu dan
ampas tahu. Produk fermentasi merupakan hasil fermentasi dari campuran kulit
ubi kayu dan ampas tahu dengan menggunakan kapang rhizopus sp .
Metode
Metode penelitian adalah
eksperimental disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 5 perlakuan dengan 4 ulangan dan masing-masing menggunakan 5 ekor ayam,
dengan pemberian air minum secara adlibitum.
Perlakuan yang digunakan selama penelitian adalah:
P0 : Comfeed broiler II 100%
P1: Comfeed broiler II yang
dicanpur dengan pakan fermentasi sebanyak 5% (1900 gram pakan basal dan 100 gram pakan
fermentasi) untukkebutuhan perhari.
P2: Comfeed broiler II yang dicampur dengan pakan fermentasi
sebanyak 10% (1800 gram pakan basal dan 200 gram pakan fermentasi) untuk
kebutuhan perhari.
P3: Pakan basal yang dicampur dengan pakan
fermentasi sebanyak 15% (1700
gram pakan basal dan 300 gram pakan fermentasi) untuk kebutuhan perhari.
P4 : Pakan basal yang dicampur dengan
pakan fermentasi sebanyak 20%
(1600 gram pakan basal dan 400 gram pakan fermentasi) untuk kebutuhan
perhari.
Parameter Yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Menurut Carvalho (2009) nilai konversi pakan
merupakan gambaran dari jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 Kg
bobot badan, dengan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot
badan yang dihasilkan.
Konversi
pakan
2. IOFC adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan
terhadap biaya pakan. Pendapatan ini merupakan perkalian antara produksi
peternakan dengan harga jual, sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan ternak tersebut Syukur dan Afandi (2009).
Tahap Analisa Data
Data yang diperoleh selama
penelitian dianalisis menggunakan
Analisis ragam . Apabila perlakuan
memberikan perbedaan maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Konversi Pakan
Berdasarkan
hasil penelitian ayam pedaging yang dipelihara selama 35 hari dengan
penambahan kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermnetasi dalam pakan ayam
pedaging terhadap konversi pakan dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Konversi Pakan Selama
Penelitian
Perlakuan
|
Rata-Rata Konversi
Pakan
|
P1
|
1,52a
|
P3
|
1,67a
|
P4
|
1,68b
|
P2
|
1,72b
|
P0
|
1,74c
|
Keterangan Notasi: Notasi yang berbeda
menunjukan level perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan.
Berdasarkan
analisis ragam bahwa tingkat penggunaan
kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi terhadap konversi pakan ayam
pedaging periode finisher menunjukan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan
uji BNT notasi yang berbeda menunjukan level perlakuan yang memberikan pengaruh
nyata terhadap konversi pakan, dengan
pemberian notasi (a) pada P1 menunjukan hasil konversi tertinggi. Nilai
rata-rata P1 dan P3 berbeda signifikan dengan P0,P2, dan P4. Adanya perbedaan
konversi pakan pada masing-masing perlakuan dimungkinkan karena rasio pemberian
pakan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan peryataan Wahju (1992) bahwa terdapat
faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka konversi pakan
diantaranya yaitu kualitas pakan, galur dan tata laksana pemberian pakan.
Konversi pakan menunjukan hasil yang
tidak terlalu tinggi yang berarti bahwa jumlah pakan yang digunakan untuk
menaikan tiap kg bobot badan tidak terlalu banyak. Semakin sedikit jumlah pakan
untuk menaikkan tiap kg bobot badan berarti semakin baik kualitas pakan
tersebut. Menurut Rasyaf (2003) standar konversi pakan pada ayam pedaging
berumur 5 minggu ialah 2,06, hasil rata-rata secara matematik menjunjukan nilai
konversi lebih tinggi dari nilai standar, hal ini menunjukan perlakuan pada
penelitian cenderung baik yang akan berpengaruh positif pada IOFC, namun
konversi pakan yang paling rendah yaitu
pada P1 sebesar 1,52/ekor dengan
tingkat penambahan kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi (KAT) sebesar 5%
dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu P0 sebesar 1,74/ekor ; P2 sebesar 1,72/ekor dengan penambahan KAT 10%
;P3 sebesar 1,67/ekor dengan penambahan KAT 15% ; P4
sebesar 1,68/ekor dengan
penambahan KAT 20%. Semakin tinggi tingkat penambahan KAT , maka angka
konversi pakan semakin besar yang berati semakin tidak baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Siregar (2008) bahwa tinggi rendahnya konversi menggambarkan keefisienan
ransum, dimana semakin rendah konversi ransum berararti keefisienan ransum
semakin tinggi.
Pakan yang mengalami fermentasi biasanya
mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dari bahan asalnya. Fermentasi dapat
meningkatkan kandungan nutrien dan nilai manfaat dari bahan asal. Bahan yang
mengalami fermentasi biasanya mempunyai kandungan nutrien yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan asalnya ( Mirwandhono dkk,2006). Pada P1 diperoleh
hasil konversi pakan yang
paling kecil dan nilai konsumsi
bahan pakannya rendah diikuti dengan pertambahan bobot badan
yang optimal. Tiap ekor penelitian ini memiliki bobot badan awal yang relatif
sama demikian juga dengan konversi pakannya. Hal ini sesuai dengan peryataan
Wahju (1992) bahwa terdapat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
angka konversi pakan diantaranya yaitu kualitas pakan, galur dan tata laksana
pemberian pakan.
Konversi pakan terendah terdapat pada P1
yang merupakan pemberian KAT sebanyak 5% hal ini disebabkan oleh kemampuan
ternak mencerna protein yang tersedia di KAT kemudian di ikuti
konversi pakan pada P3 dan P4 dan P2 Namun pada setiap perlakuan sudah menunjukan perbedaan terhadap perlakuan
pakan kontrol (P0). Namun nilai konversi pada
P3 dan P4 lebih tinggi dibandingkan P2 hal ini diduga karena P3 dengan
penambahan produk fermentasi pada pakan sebanyak 15% dan P4 dengan penambahan
produk fermentasi pada pakan sebanyak 20%
memiliki perimbangan nutrisi dan jumlah mikroorganisame yang lebih baik
dibandingkan P2 dengan penambahan produk fermentasi sebanyak 10%. Hal ini dimungkinkan
karenakan kulit ubi kayu defesiensi asam amino metionin dan sistin. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Busairi
(2009) bahwa kulit ubi kayu
defesiensi akan kandungan asam amino metionin dan sistin. Disamping itu dengan
ketidak seimbangan nutrisi dalam ransum tersebut maka kualitas pakan akan
menurun yang berakibat pada ketidak seimbangan jumlah konsumsi dengan
pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Siregar (2008) bahwa angka konversi dan efisiensi pakan
dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan.
Selain itu juga diduga karena meningkatnya
kandungan HCN seiring penambahan tepung kulit ubi kayu dan ampas tahu, dan
menyebabkan penyerapan asam amino menurun sehingga pertumbuhan tidak lagi
optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Busairi
(2009) bahwa perbedaan dalam
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan disebabkan oleh
adanya perbedaan kandungan asam-asam aminonya dalam ransum terutama asam amino
metionin. Selain itu kandungan serat kasar yang terlalu tinggi sehingga terjadi
penurunan daya cerna pakan dan ternak tidak dapat mentolerirnya, karena pada
unggas tidak memiliki enzim sellulase. Dengan meningkatnya kandungan serat
kasar tersebut maka zat-zat pakan akan banyak terbuang bersama ekskreta
sehingga zat-zat pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan
tubuh akan berkurang.
2 Income Over Feed Cost
Berdasarkan
hasil penelitian dengan penambahan kulit
ubi kayu dan ampas tahu terfermnetasi
dalam pakan ayam pedaging terhadap income over feed cost pada ayam pedaging dapat di lihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Data IOFC Selama Penelitian (Dalam
Rupiah)
Perlakuan
|
Rata-Rata IOFC
|
P0
|
4.600.00a
|
P2
|
5.546.00a
|
P3
|
6.561.15b
|
P4
|
6.590.48b
|
P1
|
7.539.44b
|
Keterangan Notasi: Notasi yang berbeda
menunjukan level perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC.
Dari
hasil perhitungan nilai rata-rata IOFC pada tabel diatas, didapatkan hasil
untuk P0 sebesar Rp. 4.600.00/ekor;
P1 sebesar Rp.7.539.44/ekor dengan penambahan prodak fermentasi pada
pakan sebanyak 5%; P2 sebesar Rp. 5.546,00/ekor dengan penambahan prodak fermentasi pada pakan sebanyak 10%;
P3 sebesar Rp. 6.561,15/ekor
dengan penambahan prodak fermentasi pada pakan sebanyak 15% dan P4 sebesar
Rp. 6.590,48/ekor dengan
penambahan prodak fermentasi pada pakan sebanyak 20%.
Berdasarkan
hasil penelitian dengan hitungan secara matematis tingkat penggunaan bahan
pakan terfermentasi menunjukkan bahwa nilai ekonomis tertinggi terdapat pada P1
senilai Rp7.539,44/ekor,
dengan konsentrasi penambahan 5% KAT dari jumlah pembelian pakan perhari.
Penggunaan campuran kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi dalam pakan
sampai 5% sanagat baik dibandingkan dengan pakan control dan pakan perlakuan
P2,P3,P4. Hal ini menunjukan bahwa produk terfermentasi dapat digunakan sampai
5% dalam campuran pakan ayam pedaging karena masih memberikan nilai IOFC yang
lebih tinggi. Berbanding lurus dengan pernyataan (Ologhobo at al.2010) yaitu IOFC
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan
biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Namun nialai IOFC pada P3 dan P4 lebih tinggi dibandingkan P2 hal
ini diduga karena P3 dengan penambahan produk fermentasi pada pakan sebanyak
15% dan P4 dengan penambahan produk fermentasi pada pakan sebanyak 20%. Disamping
itu dengan ketidak seimbangan nutrisi dalam ransum tersebut maka kualitas pakan
akan menurun yang berakibat pada ketidak seimbangan jumlah konsumsi dengan
pertambahan bobot badan. Dengan kata
lain penurunan kwalitas pakan akan berefek pada penambahan bobot badanyang
minim dan berpengaruh pada pemasukan.
Menurut
(Rasyaf, 2003) menyatakan bahwa dikaitkan dengan produksi dari segi teknis maka
dapat diduga bahwa semakin efisien ayam dalam mengubah pakan menjadi daging
yang artinya konversi pakan sangat baik semakin baik pula nilai IOFC-nya. Berdasarkan analisis ragam bahwa tingkat
penggunaan kulit ubi kayu dan ampas tahu
terfermentasi terhadap IOFC ayam pedaging periode finisher menunjukan pengaruh
yang sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan uji BNT notasi yang berbeda
menunjukan level perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap IOFC, Pada
P0 dan P2 menunjukan hasil IOFC yang tidak berbeda signifikan dan diberi notasi
(a). Sedangkan nilai IOFC yang tertinggi terdapat pada P1 dan di ikuti oleh
P4,P3 dan ditinjukan dengan notasi (b) karena memiliki nilai rata rata yang
berbeda signifikan dengan P0. hal ini disebabkan oleh rasio jumlah konsumsi dan
pemberian pakan yang kandungan KAT yang bervariatif sehingga bobot akhir tiap
perlakuan menunjukan nilai akhir IOFC
yang tinggi dibandingkan pakan basal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penambahan kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi dapat
menekan konversi pada pakan dan meningkatkan income over feed cost pada ayam pedaging dengan penambahan maksimal sebanyak 5% .
Saran
Saran penulis menyangkut penelitian
ini adalah perlu dilakukanya penelitian lanjutan tentang lama pembuatan atau
proses fermentasi kulit ubi kayu dan ampas tahu agar dapat mengetahui pengaruh
terhadap performance ayam pedaging.
DAFTAR PUSTAKA
Apata,.D.F and T.O Babalola .
2012. The Use of Cassava, Sweet Potato and Cocoyam,and Their By-Products by Non –
Ruminants. International Journal of Food Science and Nutrition Engineering
2012; 2(4): 54-62
Amaha, K., Y. Sasahi, and T.
Segawa 2004.
Utilization of Tofu (Soybean
Curd)By-Product as Feed
for Cattle. http//www.agnet.org.
Anonimus. 2012.Terminologi : Bahan Pakan
Dari Hasil Ikutan Industri.
http://manglayang.blogsome.com/terminologi-bahan
-pakan diakses pada 23 agustus 2015.
Busairi,.A.M,.2009. Pengkayaan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui ProsesFermentasi
: Optimasi Nutrien Substrat Menggunakan
Response Surface Methodology. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Bandung
Boonnopi, K,. M, WanapatI,. N,Nontasoii, S, Wanapatiii. 2009.Enriching nutritive value of cassava root by yeast
fermentation. Sci. agric. (Piracicaba, Braz.).Food Science And Technology
Carvalho. 2009 Pemanfaatan Sumberdaya Lokal.Seminar Nasyonal Kebangkitan Peternakan Universitas Diponegoro Seminar
Nasyonal, Semarang
Chauynarong, N., A.V. Elangovan
And P.A.
Iji. 2009.The potential of
cassavaproducts in diets for poultry.World's Poultry Science Journal /
Volume 65 / Issue 01 / March 2009, pp 23-36
Datacon.2008. Market Intelligence Report pada PerkembanganIndustri Pakan
di Indonesia http://www.datacon.co.id
Hartono S. 2001. Beternak
Ayam Pedaging Super. CV.Gunung Mas. Pekalongan.
Heng-Chu, A.
2004. Utilization of Agricultural
ByProduct in Taiwan. http//www.agnet.org.
Hernaman.,I.R.Hidayat, danMansyur.2005.
Pengaruh
Penggunaan Molasesdalam Pembuatan Silase Campuran Ampas Tahu dan
Pucuk Tebu Kering terhadap Nilai pH dan
Komposisi Zat-Zat Makanannya
(Effect of Using Molasses in Mix Silage Processing of Tofu Waste and Dry Top
Cane on pH Value and Nutrients Composition). Jurnal Ilmu Ternak.
Iheukwumere F.C,.E.C, Ndubuisi,.
E.A, Mazi,.M.U, Onyekwere.2007.Growth, Blood Chemistry and Carcass Yield of Broilers Fed Cassava Leaf Meal (Manihot
esculenta Crantz). International Journal of Poultry.
Khempaka,S., R, Thongkratok., S,Okrathok
and W, Molee. 2014. An Evaluationof
Cassava Pulp Feedstuff Fermented with A. oryzae, on Growth Performance,
Nutrient Digestibility and Carcass Quality of Broilers. Japan Poultry
Science Association. J. Poult. Sci., 51: 71-79, 2014
Kuswanto, K. R., S Sudarmaji.2001 Proses-proses mikrobiologi pangan.PAU Pangan
dan Gizi. Universitas Gadjah Mada.
Mirwandhono,E.,I, Bachari, dan D,
Situmorang.
2006. Uji Nilai Nutrisi Kulit UbiKayu
yang Difermentasi dengan Asp ergillus niger.Jurnal Agribisnis
Perternakan, Vol. 2, No. 3, Desember 2006
Rasyaf.M 2003 Beternak Ayam Pedaging. Jakarta .Penebar
Swadaya
Muharlien, Achmanu dan
R.Rachmawati. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui Pengaturan
Proporsi Sekam, Pasir Dan Kapur Sebagai Litter.Ternak Tropika Vol.
12, No.1: 38-45, 2011
Nugroho.2010.Ayam Broiler. Diakses Melaluihttp://anungsaptonugroho.wordpress.com/categoty/ayam-broiler/pada
tanggal 20 desember 2015
Nurhayati.,2003. Pros. Seminar Nasional Teknologi Pakan dan Veteriner. Bogor, 29-30
September 2003. Puslitbang Peternakan,Bogor.hal 381-386
Nuroso. 2009. Panen Ayam Pedaging Dengan Produksi Dua Kali Lipat. Swadaya
Informasi Dunia Pertanian. Jakarta.
Ologhobo A.D., A.R. Asafa,. I.O, Adejumo.
2012.Performance characteristics of broiler
chicken fed poultry offal meal.International Journal of AgriScience
International Academic Journals
Prasojo,W A.P., F.M. Suhartati
dan S, Rahayu. 2013. Pemanfaatan Kulit Singkong Fermentasi Menggunakan Leuconostoc
Mesenteroides Dalam Pakan Pengaruhnya Terhadap N-NH3 dan VFA (in vitro).
Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):397-404, April 2013
Siregar,S.B.2008. kiat mengatasi permasalahan praktis ayam pedaging.Cetakan 16.penebar
swadaya .jakarta
Syukur dan Afandi .2009. Ilmu-Ilmu Peternakan. Jurnal Universitas Udayana.Bali
Tangendjaja, B. 2007. Review Inovasi Teknologi Pakan menuju kemandirian usaha
ternak unggas. Wartazoa.16(1):12-20
Wahju.1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke
III.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta